Dikarenakan belum ada foto-foto baru, sekarang mau coba mengunggah foto-foto awal saat pertama kali bermain dengan kamera. Kamera pertama saya Prima 35, yang saya beli online sekitar tahun 2009 dari seorang teman online yang saya lupa beli dengan harga berapa (90 ribu atau seratus ribu?). Kamera kedua dikeluarga, setelah Fuji DL-90 milik orangtua saya. Ingatan-ingatan foto-foto keliling sendirian, proses foto sampe ke daerah Kebayoran naik bus, dari 36 percobaan foto cuma menjadi hitungan jari bermunculan kembali. Ah menyenangkan! Sekarang saya sedang proses menumbuhkan keberanian menjadikan foto-foto saya menjadi wujud yang lebih nyata, bukan sekedar digital :) All photos are taken with Prima 35 + Lucky Color 200 + Fuji Press 400 + Kodak Elitechrome
1 Comment
Kurang lebih 11-12 jam dari Batam via daratan untuk bisa nyari udara dingin layaknya di Puncak Bogor yang ada botol kecap yang saya lupa merknya entah bango, sedap ataupun abc ukuran jumbo. Dari rencana ke Palembang untuk makan pempek, mantai ke Tioman Island dan akhirnya pilihan jatuh pada Cameron Highland untuk mengisi libur 17 Agustus kemarin. Saya akan mencoba memberikan pemaparan singkat mengenai Cameron Highland. Cameron Highland ini dari namanya saja sudah jelas kalau ini dataran tinggi. Sekian pemaparan singkatnya. Rute yang saya dan teman-teman ambil yaitu Batam - Singapore - Johor Bahru - Ipoh - Cameron Highland. Ga terlalu terasa melelahkan karena perjalanannya malam dan busnya sangat oke untuk perjalanan jauh. Sampai sekitar pukul 10.30 pagi untuk check-in penginapan di daerah Brinchang. Impresi diawal seperti dibawa ke Puncak jaman saya kecil gatau kenapa. Brinchang ini ramai penginapan tapi cukup sulit untuk menemukan pusat informasi untuk pelancong jadi kami perlu ke Tanah Rata, bisa dibilang pusatnya Cameron Highland. Kalo ada yang bilang dari Brinchang ke Tanah Rata itu bisa jalan cuma 5 menit, itu bohong! Hahaha ga santai, soalnya besokannya nyobain dan ternyata 30 menit lebih. Lebih baik naik taksi seharga 10 RM (kalo ga salah ingat) dengan bonus sensasi disupiri artis-artis bollywood kenamaan. Baru bener deh tuh nyampe 5 menit. Banyak bule, tempat makan, cafe-cafe, penyedia jasa tour and travel bahkan Starbucks di Tanah Rata. Setelah keliling akhirnya memutuskan memilih tur keliling perkebunan teh, stroberi, taman kupu-kupu dan kuil cina tertua ala study tour waktu SD di hari pertama. Lanjut besok paginya mengejar matahari terbit di Gunung Brinchang yang baru 5 menit liat mataharinya dateng terus langsung dihajar sama kabut. Apes. Abis itu lanjut menyusup ke Hutan Mossy, hutan penuh kabut dengan pohon-pohon yang berlumut. Yang saya tangkap sih kebanyakan setelah dari sini banyak orang yang lanjut berlibur ke Penang kira-kira 4 jam perjalanan. Tapi dikarenakan memang ga ada rencana kesana dan ringgit yang udah minjem sana-sini jadi cabs lah ke Batam. Selalu seru datang ke tempat baru, menyegarkan insting! All photos are taken with Nikon FM10 with Fuji Superia 200 (Expired) + Kodak Gold 200 + Olympus Mju with Fuji Superia 200 (Expired)
Selamat Datang Agustus! Melancong ke Dieng dibilang direncanakan tidak, tapi dibilang tidak direncanakan juga tidak. Tidak direncanakan maupun direncanakan bukan sesuatu yang direncanakan sebelumnya. Itulah perencanaan! Sebagai penderita penyakit longum necessitudinem atau hubungan jarak jauh (terimakasih google translate) atau juga LDR dalam bahasa inggris, mengisi long weekend di minggu kedua bulan Mei dengan liburan adalah wajib. Setelah berkutat dengan pekerjaan masing-masing, akhirnya kita putuskan melancong ke Dieng. Karena di Batam lagi panas-panasnya dan saya butuh pemandangan dan udara segar. Cari-cari info penginapan yang oke akhirnya saya pesan dua kamar di Losmen Bu Djono. Sepertinya sudah terkenal banget, karena semua orang didaerah sana pasti tahu! Berangkat dari Jakarta jam 5 pagi menuju Jogja dan lanjut naik travel sampai Wonosobo. Dari Wonosobo ke Dieng cukup naik bus gitu mirip Kopaja kalau di Jakarta. Nah dari sini pemandangannya dan suasananya udah oke banget. Pasar, keramaian, lapangan luas, anak pulang sekolah, pemandangan gunung, perkebunan dan udara dingin. Untuk sebuah dataran tinggi menurut saya banyak banget sih yang bisa dikunjungi. Sore sesampai di Dieng, saya langsung sewa motor menuju Candi Arjuna dan keliling disekitarnya. Eh sebelumnya makan dulu deng mie ongklok disebelah tempat menginap tapi katanya lebih enak kalau makan langsung di Wonosobo. Pulang ke penginapan menjelang magrib dengan diiringi tusukan udara dingin. Jadi wajib untuk menyiapkan jaket tebal untuk kesini. Nah puncak acara kalo di Dieng itu ya sunrise nya. Untuk bisa menikmati sunrise itu ada beberapa alternatif lokasi. Kami pilih yang menurut kami paling ringan yaitu di Bukit Sikunir. Cukup naik motor jam 4 pagi dengan diiringi tusukan udara dingin yang lebih tajam, sampai dikaki bukit sekitar 20 menit lalu lanjut hiking ringan sekitar 20 menitan juga. Setelah itu... selamat menikmati! :) Setelah selesai, turun bukit lalu dilanjutkan keliling Dieng. Danau dekat kaki bukit sikunir, Batu pandang untuk meilhat Danau Telaga Warna dari atas bukit dan juga Kawah Sikidang. Secara umum Dieng ini terbagi menjadi dua daerah wisata, Dieng Satu dan Dieng Dua. Katanya sih kalau ke Dieng Dua butuh pemandu lokal karena akses jalannya belum sebaik Dieng Satu yang memang sudah sering dikunjungi. Suatu saat kayaknya mau ke Dieng lagi untuk lihat sunrise dari lokasi lain, mungkin hiking dari Gunung Prau hehe. Dan semoga dalam waktu dekat bisa cuci foto dari kamera analog waktu di Dieng kemarin. Cabs! All photos are taken with Canon Powershot G16
|
Archives
January 2018
Categories |